Ringkasan Kesenian Muslim di Bali
*Silahkan masuk halaman mengenai masing-masing jenis kesenian dengan tombol kiri.
Tempat tinggal komunitas Muslim disebut “kampung”. Kampung merupakan perkumpulan 100 sampai ratusan rumah tangga, mirip seperti “banjar”di dalam komunitas Hindu. Anggota kampung berkumpul di masjid atau mushala pada saat beribadah dan upacara.
Kampung ini juga menjadi tempat untuk meneruskan dan mempraktikkan kesenian tradisional. Kesenian tradisional mereka kebanyakan musik, vokal, dan tari berkelompok. Pelaku seni yang terdiri dari anggota kampung itu sendiri memainkan keseniannya pada kesempatan hajatan perkawinan atau sunatan dan pada acara komunitas, seperti Hari Raya Maulid Nabi yang merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada umumnya di kampung-kampung tersebut, genre dan gaya kesenian tradisional dihormati sebagai warisan nenek moyang dan dianggap sebagai cerminan sejarah dan citra orang-orang di kampung tersebut.
Dalam kepercayaan agama Islam, musik dan tari sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak diperkenankan. Oleh karena itu, iringan musik dengan alat musik atau tarian sangat jarang terlihat dalam upacara agama Islam. Tetapi, hal itu tidak berarti bahwa “kaum muslim tidak menyukai musik” atau “agama Islam melarang bermain musik”. Contohnya, Wali Sanga di Jawa diceritakan menggunakan musik dan kesenian dalam dakwahnya pada zaman awal masuknya agama Islam di Pulau Jawa. Terutama di Indonesia, masyarakat Muslim sangat toleran pada seni pertunjukan sehingga terdapat banyak seni vokal dan tarian yang mengekspresikan keyakinan agama.
Seni musik dan vokal yang terdapat di sebagian besar kampung tersebut adalah shalawat yang melantunkan doa atau rasa syukur dalam bahasa Arab sambil diiringi irama musik.
Kampung ini juga menjadi tempat untuk meneruskan dan mempraktikkan kesenian tradisional. Kesenian tradisional mereka kebanyakan musik, vokal, dan tari berkelompok. Pelaku seni yang terdiri dari anggota kampung itu sendiri memainkan keseniannya pada kesempatan hajatan perkawinan atau sunatan dan pada acara komunitas, seperti Hari Raya Maulid Nabi yang merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada umumnya di kampung-kampung tersebut, genre dan gaya kesenian tradisional dihormati sebagai warisan nenek moyang dan dianggap sebagai cerminan sejarah dan citra orang-orang di kampung tersebut.
Dalam kepercayaan agama Islam, musik dan tari sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak diperkenankan. Oleh karena itu, iringan musik dengan alat musik atau tarian sangat jarang terlihat dalam upacara agama Islam. Tetapi, hal itu tidak berarti bahwa “kaum muslim tidak menyukai musik” atau “agama Islam melarang bermain musik”. Contohnya, Wali Sanga di Jawa diceritakan menggunakan musik dan kesenian dalam dakwahnya pada zaman awal masuknya agama Islam di Pulau Jawa. Terutama di Indonesia, masyarakat Muslim sangat toleran pada seni pertunjukan sehingga terdapat banyak seni vokal dan tarian yang mengekspresikan keyakinan agama.
Seni musik dan vokal yang terdapat di sebagian besar kampung tersebut adalah shalawat yang melantunkan doa atau rasa syukur dalam bahasa Arab sambil diiringi irama musik.
Musik Rebana
Alat musik yang paling sering digunakan oleh komunitas muslim di Bali adalah “rebana”, yaitu sebuah alat perkusi sejenis frame drum. Rebana menjadi alat perkusi yang popular di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di komunitas Muslim. Setiap daerah memiliki jenis rebana yang berbeda ukuran dan cara memainkannya sesuai dengan gaya permainan di masing-masing daerah. Sementara itu, umat Hindu di Bali hampir tidak pernah menggunakan alat perkusi ini. Di kampung Muslim yang berbahasa Bali, mereka kadang menyebut rebana dengan istilah “kendang”, sama seperti umat Hindu di Bali menyebut alat perkusi mereka sendiri.
Rebana umumnya digunakan untuk mengiringi seni vokal dan tari di kampung Muslim, tetapi di sebagian daerah di Kabupaten Karangasem rebana dimainkan dalam ensembel alat musik instrumental. Contohnya adalah “rudat”, yaitu kesenian kelompok lelaki Muslim yang terdiri dari 12-40 orang yang berbaris dan bergerak sambil menyanyi dengan iringan rebana (kendang). Ada pula “hadrah” yang di dalamnya beberapa rebana dimainkan bersama sambil menyanyi. Rebana juga digunakan untuk mengiringi penampilan “pencak silat”, yaitu seni bela diri tradisional yang popular di Indonesia dan Malaysia.
Shalawat, rudat, dan hadrah pada umumnya ditampilkan oleh kaum lelaki, sedangkan kaum wanita memiliki kesenian khusus bernama “qasidah”. Qasidah adalah nyanyian dengan syair bahasa Indonesia yang berisi pesan moral dari ajaran agama Islam dengan iringan musik bergaya pop Indonesia bersama ensembel rebana. Qasidah kadang-kadang juga disertai dengan gerakan-gerakan seperti tarian. Qasidah dan hadrah merupakan kesenian yang relatif baru di Bali, diperkirakan dibawa dari pulau lain pada masa 1960-1980. Adapun rudat, burdah, dan silat adalah seni budaya yang lebih tua dan tradisional, tetapi belum diketahui dengan pasti asal-usulnya dan bagaimana seni tersebut sampai di Bali.
Alat musik yang paling sering digunakan oleh komunitas muslim di Bali adalah “rebana”, yaitu sebuah alat perkusi sejenis frame drum. Rebana menjadi alat perkusi yang popular di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di komunitas Muslim. Setiap daerah memiliki jenis rebana yang berbeda ukuran dan cara memainkannya sesuai dengan gaya permainan di masing-masing daerah. Sementara itu, umat Hindu di Bali hampir tidak pernah menggunakan alat perkusi ini. Di kampung Muslim yang berbahasa Bali, mereka kadang menyebut rebana dengan istilah “kendang”, sama seperti umat Hindu di Bali menyebut alat perkusi mereka sendiri.
Rebana umumnya digunakan untuk mengiringi seni vokal dan tari di kampung Muslim, tetapi di sebagian daerah di Kabupaten Karangasem rebana dimainkan dalam ensembel alat musik instrumental. Contohnya adalah “rudat”, yaitu kesenian kelompok lelaki Muslim yang terdiri dari 12-40 orang yang berbaris dan bergerak sambil menyanyi dengan iringan rebana (kendang). Ada pula “hadrah” yang di dalamnya beberapa rebana dimainkan bersama sambil menyanyi. Rebana juga digunakan untuk mengiringi penampilan “pencak silat”, yaitu seni bela diri tradisional yang popular di Indonesia dan Malaysia.
Shalawat, rudat, dan hadrah pada umumnya ditampilkan oleh kaum lelaki, sedangkan kaum wanita memiliki kesenian khusus bernama “qasidah”. Qasidah adalah nyanyian dengan syair bahasa Indonesia yang berisi pesan moral dari ajaran agama Islam dengan iringan musik bergaya pop Indonesia bersama ensembel rebana. Qasidah kadang-kadang juga disertai dengan gerakan-gerakan seperti tarian. Qasidah dan hadrah merupakan kesenian yang relatif baru di Bali, diperkirakan dibawa dari pulau lain pada masa 1960-1980. Adapun rudat, burdah, dan silat adalah seni budaya yang lebih tua dan tradisional, tetapi belum diketahui dengan pasti asal-usulnya dan bagaimana seni tersebut sampai di Bali.
Dilarang keras mempergunakan tulisan, video dan foto di dalam situs ini tanpa izin
*Silahkan masuk halaman mengenai masing-masing jenis kesenian dengan tombol kiri.