Nyuling dan Danginsema
Nyuling dan Danginsema adalah kampung Muslim yang terletak di dalam ibukota Kabupaten Karangasem, yaitu Amlapura, di pulau Bali bagian timur. Leluhur mereka adalah imigran dari Pulau Lombok.
Sebelum zaman penjajahan Belanda, Pulau Bali dikuasai oleh sejumlah kerajaan-kerajaan daerah, yang salah satunya adalah Kerajaan Karangasem. Sejak abad 17, Kerajaan Karangasem telah menguasai sebagian wilayah Pulau Lombok secara politik sehingga berkuasa di seluruh Pulau Lombok sampai tentara Belanda menjajah Bali.
Leluhur penduduk Nyuling dan Dangisema datang ke Bali mengikuti raja Karangasem pada masa tersebut sehingga mereka membangun hubungan yang cukup erat dengan keluarga kerajaan (disebut “puri”) dalam waktu yang lama. Misalnya, di kampung Nyuling, puri raja membantu biaya pembangunan masjid dan naik haji untuk warganya. Juga warga kampung Nyuling mempersembahkan kambing serta mementaskan kesenian musik rebana untuk upacara keluarga kerajaan.
Di kampung Nyuling dan Dangisema terdapat tradisi ensambel musik instrumen khas yang dimainkan dengan rebana (tentang rebana, silakan baca keterangan “Rebana” di halaman “Kesenian Muslim di Bali”). Selain Nyuling dan Dangisema, masih banyak kampung Muslim asal Lombok yang terletak di daerah sekitar kediaman keluarga kerajaan Karangasem. Mereka pun pernah sering memainkan ensambel rebana sampai masa abad ke-20, tetapi ketika saya membuat penelitian ini kesenian tersebut hanya tersisa di dua kampung tersebut.
Sebelum zaman penjajahan Belanda, Pulau Bali dikuasai oleh sejumlah kerajaan-kerajaan daerah, yang salah satunya adalah Kerajaan Karangasem. Sejak abad 17, Kerajaan Karangasem telah menguasai sebagian wilayah Pulau Lombok secara politik sehingga berkuasa di seluruh Pulau Lombok sampai tentara Belanda menjajah Bali.
Leluhur penduduk Nyuling dan Dangisema datang ke Bali mengikuti raja Karangasem pada masa tersebut sehingga mereka membangun hubungan yang cukup erat dengan keluarga kerajaan (disebut “puri”) dalam waktu yang lama. Misalnya, di kampung Nyuling, puri raja membantu biaya pembangunan masjid dan naik haji untuk warganya. Juga warga kampung Nyuling mempersembahkan kambing serta mementaskan kesenian musik rebana untuk upacara keluarga kerajaan.
Di kampung Nyuling dan Dangisema terdapat tradisi ensambel musik instrumen khas yang dimainkan dengan rebana (tentang rebana, silakan baca keterangan “Rebana” di halaman “Kesenian Muslim di Bali”). Selain Nyuling dan Dangisema, masih banyak kampung Muslim asal Lombok yang terletak di daerah sekitar kediaman keluarga kerajaan Karangasem. Mereka pun pernah sering memainkan ensambel rebana sampai masa abad ke-20, tetapi ketika saya membuat penelitian ini kesenian tersebut hanya tersisa di dua kampung tersebut.