Kecicang
Kampung Kecicang adalah kampung Muslim terbesar di Kabupaten Karangasem, yang terletak di wilayah sekitar 5 km ke arah barat dari kota Amlapura yang merupakan ibukota Kabupaten Karangasem. Nama resmi kampung ini adalah Kecicang Islam agar dapat dibedakan dengan Desa Kecicang Bali yang penduduknya beragama Hindu. Saat ini kurang lebih 900 rumah tangga yang berdiam di Kampung Kecicang, dengan sebuah masjid dan 5 mushala.
Kecicang diperkirakan sebagai kampung keturunan pendatang Sasak dari Pulau Lombok, tetapi saat ini sudah tidak ada warga yang berbicara bahasa Sasak. Oleh karena itu, saya perkirakan warga kampung Kecicang terbentuk dari keturunan pendatang dari beberapa pulau lain seperti Pulau Jawa hingga menjadi kondisi seperti sekarang.
Kecicang diperkirakan sebagai kampung keturunan pendatang Sasak dari Pulau Lombok, tetapi saat ini sudah tidak ada warga yang berbicara bahasa Sasak. Oleh karena itu, saya perkirakan warga kampung Kecicang terbentuk dari keturunan pendatang dari beberapa pulau lain seperti Pulau Jawa hingga menjadi kondisi seperti sekarang.
Rudat Kecicang
Di Kampung Kecicang warga masih sering mementaskan kesenian tari kelompok lelaki, yaitu “rudat”. Kelompok rudat di bagian selatan kampung ini memiliki gaya “rudat Melayu” yang lebih tradisional, dengan menggunakan seragam topi gaya Turki. Adapun kelompok rudat di bagian utara disebut “rudat baru”. Saat ini kelompok selatan terbagi menjadi dua hingga terdapat tiga kelompok rudat di Kampung Kecicang.
Pada Hari Raya Maulid Nabi kelompok-kelompok rudat tersebut berkumpul di depan masjid dan menggelar pawai sampai ke luar kampung. Pada tahun 2015 kelompok band mars anak-anak juga bergabung di pawai Maulid Nabi itu sehingga sangat meriah acaranya.
Rebana yang digunakan untuk rudat di Kampung Kecicang disebut “tar”, yaitu rebana yang berukuran kecil dan memiliki kerincing. Selain itu, mereka juga rebana besar “gidur (jidur)” yang bersuara rendah serta gendang “trenteng” yang berukuran kecil dan ditabuh dengan batang kayu bersama penyanyi yang memegang alat pelantang suara. Pada saat pawai salah satu kelompok rudat Melayu menggunakan gendang berbentuk “jambe” sebagai ganti trenteng.
Pada Hari Raya Maulid Nabi kelompok-kelompok rudat tersebut berkumpul di depan masjid dan menggelar pawai sampai ke luar kampung. Pada tahun 2015 kelompok band mars anak-anak juga bergabung di pawai Maulid Nabi itu sehingga sangat meriah acaranya.
Rebana yang digunakan untuk rudat di Kampung Kecicang disebut “tar”, yaitu rebana yang berukuran kecil dan memiliki kerincing. Selain itu, mereka juga rebana besar “gidur (jidur)” yang bersuara rendah serta gendang “trenteng” yang berukuran kecil dan ditabuh dengan batang kayu bersama penyanyi yang memegang alat pelantang suara. Pada saat pawai salah satu kelompok rudat Melayu menggunakan gendang berbentuk “jambe” sebagai ganti trenteng.